top of page

LAPORAN FP UB

AGROEKOTEKNOLOGI

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN LAPANG

MANAJEMEN AGROEKOSISTEM

PERKEBUNAN JERUK MANIS (Citrus sinensis.)

Kelas: M

Kelompok Perkebunan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

DISUSUN OLEH:

NAMA

NIM

Siti A’isyah

155040200111022

Choirun Nisa

155040200111027

Refri Fahmi Kurnia

155040200111087

Izza Azkiya Rachma

155040200111099

Muhammad Hadi Syarifuddin

155040200111144

Kharisma Ratu

155040200111152

Gunawan Wibisono

155040201111025

Desy Ayu Puspita Sari

155040201111052

Susila Dwi Agustin

155040201111219

Yusup Agung Sutejo

155040201111222

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan hasil kunjungan lapang Manajemen Agroekosistem

Merupakan suatu penghormatan bagi kami untuk menyajikan karya kecil ini dalam rangka menyelesaikan tugas praktikum Manajemen Agroekosistem. Pada kesempatan ini, kami tidak lupa untuk mengucapkan terimakasih kepada beberapa pihak yang turut membantu dalam penyelesaian laporan praktikum ini baik secara langsung maupun tak langsung. Maka pada kesempatan ini kami sebagai penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

  1. Bapak dan ibu dosen pengampu mata kuliah Manajemen Agroekosistem yang telah memberikan mata kuliah Manajemen Agroekosistem dan memberikan ilmunya kepada kami.

  2. Asisten praktikum Manajemen Agroekosistem kelas M yang telah membimbing kami hingga laporan ini dapat terselesaikan dengan sebaik mungkin.

  3. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang membantu pembuatan makalah ini.

Kami berharap karya tulis ini bermanfaat bagi semua orang yang membacanya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Malang, 26 April 2017

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.. i

DAFTAR ISI. 1

1. PENDAHULUAN.. 2

1.1 Latar Belakang. 2

1.2 Tujuan. 2

1.3 Manfaat 3

2. PEMBAHASAN.. 4

3. PENUTUP. 6

3.1 Kesimpulan. 6

3.2 Saran. 6

DAFTAR PUSTAKA.. 7

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan yg berasal dari Asia. Cina dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yg lalu, jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Tanaman jeruk yg ada di Indonesia adalah peninggalan orang Belanda yg mendatangkan jeruk manis dan keprok dari Amerika dan Itali. Jeruk mengandung beta karoten, kaya akan antioksidan yang baik memerangi kanker dan melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan. Kalsiumnya mampu melindungi tulang dan gigi. Asal Folat, menyediakan makanan bagi otak dan menjaga perkembangan sel otak. Magnesiumnya, mengatur tekanan darah, potasium, menjaga kestabilan sistem dan kardiovaskuler, sementara thiaminnya mampu mengubah makanan menjadi energi. Selain itu, vitamin B6 yang terkandung dalam sebutir jeruk mampu meningkatkan hemoglobin yang penting bagi peredaran oksigen dalam tubuh.Kandungan nutrisi tersebut sangat baik untuk mengobati berbagai penyakit, seperti asma, bronkitis, TBC, rematik, gagal ginjal, menekan jumlah kolesterol di dalam tubuh, mencegah diabetes, menyembuhkan arthritis, tekanan darah tinggi, kecanduan alkohol, hingga pneumonia.

Dilihat dari segi kemanfaatan, buah jeruk memiliki daya tarik terhadap petani untuk melakukan budidaya dengan teknik budidaya yang baik untuk memenuhi prospek agribisnis. Hal tersebut dikarenakan prospek agribisnis jeruk di Indonesia cukup bagus karena potensi lahan produksi yang luas. Melalui program peningkatan kualitas sumberdaya petani jeruk serta didukung dengan hasil inovasi teknologi pemupukan dan hormon alami, pengelolaan hama dan penyakit terpadu, serta sistem budidaya lainnya yang semuanya didasarkan pada semangat ramah lingkungan akan meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi jeruk dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

Melalui penerapan teknik budidaya tanaman jeruk yang baik, diharapkan akan terciptanya suatu keberlangsungan yang baik pula. Baik pada tanaman jeruk itu sendiri dalam berproduksi maupun pengaruhnya terhadap organisme-organisme yang ada disekitar perkebunan jeruk hingga tingkat keamanan pada konsumen.

1.2 Tujuan

Untuk memahami lebih dalam mengenai aspek-aspek yang terdapatdalam teknik budidaya tanaman jeruk dengan tujuan untuk meningkatkan produksi tanaman melalui manajemen agroekosistem.

1.3 Manfaat

Mengetahui kendala-kendala dalam praktek budidaya tanaman jeruk di daerah Dau serta penyelesaiannya dalam rangka mengembangkan wilayah perkebunan jeruk hingga tercapainya nilai produktivitas yang optimal.

2. PEMBAHASAN

Hasil survei yang telah dilakukan di desa Selorejo kecamatan dau kabupaten malang dengan petani jeruk yaitu bapak Ngateno. Varietas yang ditanam adalah jeruk manis dengan bibit berasal dari daerah Punten, Bumiaji, Batu, Jawa timur. Jumlah bibit yang digunakan 1250 bibit jeruk dapat didapatkan dengan cara vegetatif maupun generatif. Pada daerah bibit komersial yang ditanam menggunakan bibit dari cangkokan/stek karena pertumbuhan tanaman baik, tidak menunjukkan serangan hama penyakit dan defisiensi hara. Tidak dianjurkan bibit yang berasal dari biji karena waktu produksinya lebih lama dan kemungkinan dapat menyimpang dari induknya (Balitjestro, 2011).

Jarak tanam yang digunakan pada lahan jeruk yaitu 2 x 2 m, menurut Balijestro (2011) Lubang tanam disarankan memiliki ukuran panjang dan lebar masing-masing 60 cm dengan kedalaman minimal 60 cm dan jarak tanam yang tepat pada varietas jeruk manis yaitu 5 x 6 m, oleh karena itu dilakukan pemangkasan karena jarak tanam terlalu rapat dan pemangkaan itu sendiri mempunyai manfaat untuk meningkatkan produktivitas tanaman jeruk itu sendiri dan mengurangi masalah hama/penyakit tanaman,. Pemangkasan dilakukan 1 tahun sekali, sistem tanam dengan pola tanaman sela jahe, karena tanaman sela jahe tetapi jahe belum dibudidayalkan secara optimal dan perawatannya tidak terlalu rumit.

Perawatan yang pertama yaitu pemupukan, penggunaan pupuk kandang ayam, pupuk kimia yang digunakan adalah urea 50 kg, N 50 kg, umur panen pertama kali setelah 4-5 tahun pemanenan dilakukan secara tradisional dengan menggunakan tenaga kerja dan diangkut menggunakan transportasi. Perawatan yang dilakukan belum begitu sesuai, karena kurangnya pengetahuan dan informasi dari petani sendiri. Masih ada perlakuan yang kurang pada saat pengaplikasian pupuk pada tanaman. Menurut Balitjestro (2011) pupuk makro (N, P, K, Ca) ditugal/disebar melingkar tanaman pada bagian bawah tajuk. Pupuk mikro (Mg, B) disemprot pada daun dengan frekuensi 3 kali sebelum dan sesudah berbunga, dengan menyemprotkan senyawa atau pupuk daun yang mengandung unsur seng, tembaga, mangan, dan besi. Unsur mikro yang dibutuhkan oleh tanaman jeruk bisa terpenuhi tanpa penambahan pupuk kimia asalkan aplikasi pupuk kandang dilakukan secara teratur. Pupuk kandang diberikan sekali setahun sebanyak 20–40 kg per pohon untuk umur 1–4 tahun dan 40–60 kg untuk umur diatas 4 tahun.

Sistem irigasi yang diterapkan adalah tadah hujan , tetapi menurut Susila dan Poerwanto (2013) sistem pengairan yang diterapkan umumnya adalah sistem parit. Parit yang dibuat ukurannya adalah lebar 2 m dan kedalaman 1-2 m di setiap alur tanaman parit utama sebagai sumber pengairannya dan setiap parit di antara bedengan dihubungkan langsung dengan parit utama tersebut. Agar setiap tanaman mendapat suplai air yang sama volumenya.

Pemanenan selanjutnya panen dilakukan 8 bulan sekali. Sekali panen, pemetikan buah tidak hanya sekali saja karena buah jeruk tidak matang seragam. Umur buah/tingkat kematangan buah yang dipanen, kondisi saat panen, dan cara panen merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi mutu jeruk. Menurut Balijestro (2011) panen dilakukan saat buah mencapai kematangan optimal, sekitar 8 bulan dari pembungaan. Melakukan panen saat cuaca cerah, gunakan gunting pangkas, jangan memanjat pohon, dan masukkan buah ke dalam keranjang yang dilapisi karung plastik.

Hasil panen yang didapatkan dengan lahan seluas ½ ha sebanyak ± 40 ton dengan harga jual 5000/kg. Pemetikan buah jeruk bisa sampai 3-4 kali sekali petik didapatkan ± 7 juta, pengahasilan kotor petani dalam sekali panen sekitar 28 juta, setelah itu petani masih harus membayar biaya tenaga kerja, dan perawatan kebun jeruknya sehingga diperkirakan keuntungan petani diperkirakan sebesar 20 juta. Dengan harga jual 5000/kg dikatakan masih rendah. Rendahnya harga jual ini dapat disebabkan akibat panen raya didaerah batu dan pemasaran yang masih tradisional, hasil dari panen langsung diangkut ke pengepul untuk dipasarkan lagi tanpa di pilih ataupun diolah. Ketrampilan petani dalam melihat kondisi pasar dan tehnik pemasaran yang dapat meningkatkan harga jual masih rendah.

Penanaman polikultur lebih cocok diaplikasikan karena hasilnya akan lebih maksimal, untuk memanfaatkan lahan kosong, menyeimbangkan ekosistem supaya menjadi lebih kompleks, karena di lahan survei , tanahnya sudah cukup subur dan manajemen pupuk sudah seimbang antara organik dan anorganik serta telah diaplikasikan tanaman pagar sebagai tempat hidup musuh alami sehingga gangguan.

3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jika dibandingkan dengan literatur maka cara budidaya yang dilakukan oleh petani jeruk tersebut berbeda, dalam hal jarak tanam dengan menggunakan jarak tanam 2 x 2 meter yang menyebabkan terlalu rapat sehingga perlu dilakukan pemangkasan pemeliharaan yang lebih intensif untuk memperbaiki kondisi lingkungan tanaman. Jarak tanaman yang terlalu rapat juga dapat mempengaruhi produktivitas tanaman tersebut. Untuk pemupukan juga hanya menggunakan pupuk kandang dan pupuk makro padahal tanaman jeruk membutuhkan tambahan pupuk mikro. Dengan lahan seluas 5.000 dapat menghasilkan ±40 ton dengan harga jual 5000/kg dengan keuntungan sebesar 20 juta. Harga jual tersebut masih tergolong rendah. Pada lahan tersebut digunakan tanaman sela jahe untuk memanfaatkan lahan kosong yang ada di sekitar tanaman jeruk.

Cara budidaya jeruk yang tidak tepat dan juga rendahnya harga jual dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan dan informasi dari petani tersebut. Namun apabila teknik budidaya yang dilakukan tepat maka dapat diperkirakan hasil produksi jeruk akan meningkat, dan apabila mengetahui strategi pemasaran maka harga jual jeruk akan lebih tinggi seperti perlunya peningkatan ketrampilan petani untuk mengolah jeruk menjadi barang olahan yang bernilai ekonomis tinggi.

3.2 Saran

Perlu dilakukannya sosialisasi mengenani cara budidaya jeruk yang tepat dan pemasarannya, supaya para petani di desa Selorejo secara keseluruhan dapat memproduksi buah jeruk secara maksimal dan mengetahui bagaimana cara meningkatkan harga jual.

DAFTAR PUSTAKA

Anas D. Susila &Roedhy Poerwanto. 2013. Irigasi dan Fertigasi.Departemen Agronomi Dan Hortikultura. Fakultas Pertanian ITB. Bogor

Otto Endarto dan Endri Martini. 2016. Budidaya Jeruk Sehat. Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro). AGFOR Sulawesi. Sulawesi


Featured Review
Tag Cloud
bottom of page